Beberapa hari ini publik sedang dihebohkan dengan berita mengenai pelecehan seksual yang berbeda dibandingkan dengan yang lain yaitu fetish pocong kain jarik. Polisi juga menyebutkan jika korban dari kasus pelecehan seksual dengan modus melakukan riset akademis yang dilakukan oleh mahasiswa FIB atau Fakultas Ilmu Budaya Unair ini lebih dari dua orang. Ini juga diketahui oleh polisi setelah mereka melihat pengakuan yang dilakukan oleh korban dari pelaku yang disebut Gilang di media sosial.
2 Korban Fetish Pocong Kain Jarik Telah Berkomunikasi Dengan Pihak Berwajib
Iptu Arief Rizky Wicaksana sebagai Kanit Resmob Polrestabes Surabaya mengatakan bahwa dari penelusuran yang telah dilakukan pada media sosial diketahui jika ada lebih dari dua korban. Sejauh ini pihak mereka baru bisa berkomunikasi dengan 2 korban tersebut dan menurutnya, korban dari fetish pocong kain jarik ini juga masih banyak namun enggan untuk melapor ke pihak yang berwajib karena berbagai macam hal terkait dengan kasus pelecehan seksual ini. Arief juga menjelaskan bahwa kasus ini memang sangat sensitif dan privasi.
Karena itulah, beliau juga menilai bahwa para korban yang lainnya mungkin masih merasa sungkan atau malu untuk menceritakannya. Dengan demikian, baru ditemukan 2 korban yang mau mengaku. Akan tetapi, dia menjelaskan bahwa hasil penelusuran di media sosial memang menunjukkan indikasi lebih dari dua korban dari kasus ini. Arief juga melanjutkan bahwa pihaknya akan membuka pintu untuk semua korban melakukan komunikasi pada pihak kepolisian dan pihaknya pun juga sangat siap untuk menjadi wadah dari laporan korbannya.
Arief menambahkan jika dua korban yang melakukan komunikasi pada pihak berwajib ini memang hanya 2 orang dan masih dengan via telepon. Pihak kepolisian memiliki rencana untuk menemui korbannya secara langsung mengingat salah satu korban ingin bertemu dan bukan bercerita hanya dari telepon saja. Dia mengatakan dan menawarkan kepada para korban untuk melapor apabila menginginkannya dan pihak kepolisian sama sekali tidak akan menolak untuk hal ini dan mereka akan terus menerima seluruh laporan yang akan masuk.
Posko Pengaduan Dibuat Untuk Korban Fetish Pocong Kain Jarik
Berawal dari cuitan di Twitter yang menjadi viral dimana isi dari cuitan tersebut adalah mengenai curahan hati mahasiswa yang mengaku bahwa dirinya merasa dilecehkan oleh mahasiswa seniornya di Unair. Dia mengatakan bahwa bentuk pelecehan seksual itu adalah fetish pocong kain jarik. Di dalam cuitan tersebut, mahasiswa itu mengaku bahwa dirinya menjadi korban dari pelecehan seksual ini dimana dia dipaksa untuk membungkus dirinya sendiri layaknya mayat yang terbungkus kain kafan menggunakan kaik jarik.
Seluruh percakapan di Whatsapp maupun DM instagram telah di-screenshot dan dia keluarkan seluruhnya. Dia pun juga melengkapi pernyataan itu dengan menggunakan foto. Dia pun menyebutkan jika sang pelaku adalah Gilang yang merupakan mahasiswa tingkat akhir di Unair, Surabaya. Terkait dengan kasus ini, Fakultas Ilmu Budaya Unair pun telah membuka posko pengaduan atau help center untuk para korban dari predator tidak bermoral tersebut dan hingga tanggal 01 Agustus ini, telah diterima 15 laporan.
Seluruhnya telah masuk ke dalam posko pengaduan FIB Unair terkait dengan pelecehan seksual yang menggunakan kain jarik ini dengan modus untuk melakukan riset akademik. Namun dari sekian banyak pelapor yang masuk, identitas mereka pun disamarkan. Suko Widodo sebagai Ketua Pusat Informasi dan Humas atau PIH Unair mengatakan jika pihak mereka telah menerima sekitar 15 pengaduan namun agak sedikit tidak jelas sebab laporan itu sama sekali tidak memiliki keterangan nama.
15 Laporan Kasus Fetish Pocong Kain Jarik Masuk ke Dalam Help Center
Para pelapor tidak mau menjawab nama mereka namun mereka mengaku bahwa mereka pernah mengalami kejadian serupa namun masih dalam bentuk chat demikian. Ketika tim posko pengaduan menerima laporannya, para pelapor hanya pernah mengatakan bahwa mereka dikirimi chat untuk melakukan hal demikian dan modus yang digunakan pun juga sama yaitu modus melakukan riset akademis. Laporan itu juga cukup variatif dimana ada yang menolak namun ada yang sudah dipelajari dari chat tersebut.
Beliau mengatakan bahwa dari 15 orang yang melapor secara online tidak mau mengatakan dan menunjukkan identitas yang sesungguhnya baik itu nama, alamat maupun juga asal mereka. Karena itulah dia mengambil kesimpulan jika kasus ini benar-benar harus ditangani dengan cepat sehingga tidak akan menimbulkan trauma bagi para korbannya. Tim posko pengaduan dengan pihak dekanat dari FIB Unair mencoba untuk menghubungi pelaku yang diketahui bernama Gilang dan pihak keluarga pelaku juga diajak untuk berkoordinasi.
Harapannya adalah kasus ini dapat didiskusikan via online pada pihak yang bersangkutan maupun juga keluarganya. Ini dikarenakan pihak yang bersangkutan diketahui sudah tidak ada di kosnya sejak bulan Maret yang lalu dan ini artinya pelaku tidak ada di Surabaya. Beliau menambahkan jika pihak mereka mencoba untuk mencari pihak keluarga untuk klarifikasi dan kemudian mereka juga tengah berusaha untuk menjaga para pihak yang menyatakan bahwa mereka merupakan korban.
Pencarian Predator Fetish Pocong Kain Jarik Masih Terus Dilakukan
Para korban dari fetish pocong kain jarik ini bisa memperoleh bantuan mulai dari psikiater, psikolog dengan harapan dapat mengurangi trauma sekaligus membantu untuk menyelesaikan kasus ini. Semenjak kasus ini mencuat dan menjadi viral, tiba-tiba sosok pelaku yang disebut dengan nama Gilang menghilang bak ditelan bumi bahkan diketahui sudah tidak ada sejak bulan Maret yang lalu. Pihak FIB Unair pun juga tidak akan segan-segan sama sekali dalam memberikan hukuman kepada pelaku dengan skorsing.
Skorsing akan diberikan bila memang terbukti Gilang melakukan tindakan pelecehan seksual dengan mengatasnamakan riset akademik. Bila polisi yang melakukan penyidikan berhasil membuktikan aksi bejatnya ini, maka pihak Universitas Airlangga Surabaya tidak akan segan untuk mengambil keputusan yang tegas dan mereka akan segera mengeluarkannya. Suko Widodo sebagai Ketua PH Unair atau Pusat Informasi dan Humas Universitas Airlangga mengatakan jika pelaku berpotensi untuk mendapatkan skorsing.
Namun skorsing itu diberikan dengan melihat runtutan dari laporan tersebut namun sesungguhnya masih belum sampai pada tahapan tersebut. Suko juga mengatakan bila benar kasus ini dilakukan oleh seseorang yang bernama Gilang, maka skorsing jelas akan diberikan dari Unair sebagai tempat pelaku menempuh pendidikannya. Saat ini, pihak mereka juga masih terus mengumpulkan bukti sembari melacak keberadaan dari pelaku yang menghilang begitu kasus ini menjadi viral di media sosial.
Bukan hanya menghubungi si pelaku fetish pocong kain jarik saja melainkan mereka juga sedang mencari alamat pelaku dan juga terus berkoordinasi dengan pihak keluarga. Suko berharap jika minggu depan semua bisa diperoleh. Akan tetapi, Suko juga mengatakan pemberian skorsing kepada mahasiswa yang diketahui semester 10 ini masih menunggu sampai minggu depan dan keputusan pun akan dibuat. Belum lagi, muncul pula kabar jika predator pelecehan seksual ini sudah mulai sejak tahun 2017 dan sama sekali tidak pernah ada laporan apapun.
Tapi pihak Unair sama sekali tidak tahu mengenai hal ini mengingat tidak pernah ada laporan resmi. Pihak Unair mengatakan jika mereka pasti akan melakukan tindakan segera jika ada kabar yang masuk tentang pelecehan seksual ini.