Seiring berjalannya waktu, masa-masa sulit belum juga dilalui oleh negara kita yaitu Indonesia padahal kurang lebih 7 bulan pandemi berdampak bagi semua sektor. Hal ini tentunya mengakibatkan terjadi kesenjangan sosial yang cukup tinggi antara orang kaya dan kebanyakan masyarakat kurang mampu dalam sektor ekonomi khususnya.

Pada awal ditemukannya virus covid-19 sendiri di Indonesia pada bulan Maret dinilai mampu menanggulanginya dengan baik, namun kenyataannya tidak seperti itu. Jajaran kementerian di Indonesia ternyata sama-sama masih kebingungan jika dilihat dari cerita langsung dr. Tirta di lapangan saat diundang pada acara podcast Deddy Corbuzier.

Tak usah jauh-jauh, beberapa kebijakan yang sering diubah oleh pemerintah tentunya sangat membingungkan bagi masyarakat padahal mereka semua sudah mematuhi protokol kesehatan. Ada banyak orang sudah berjuang dengan mencegah covid-19 sesuai anjuran dari pihak pemerintah yaitu melaksanakan kebiasaan 3M di dalam kehidupan sehari-hari selama pandemi.

3M sendiri akan kami jabarkan langsung, pertama adalah mencuci tangan selama 20 detik sebelum hingga sesudah memegang benda maupun sesuatu lain. Kemudian kedua yaitu menjaga jarak aman terhadap orang lain 1-2 meter supaya terhindar dari penyebaran virus tersebut. Terakhir adalah memakai masker di luar rumah.Nah, oleh sebab itu sudah hampir semua lapisan masyarakat dari kelas atas menengah kebawah patuh terhadap apa yang harus dilakukan selama covid-19 belum menghilang. Disini banyak dari mereka cenderung merasa disalahkan, mengingat hingga saat ini angka terjangkit virus menyentuh angka 290 ribu lebih, simak pembahasannya!

Kebijakan Terbaru Tentang Pemakaian Masker SNI

Mungkin semua dari anda sudah paham betul tentang protokol yang wajib dilakukan selama pandemi sedang berlangsung. Melihat dari perkembangan kasus dari virus tersebut sudah semestinya kita menjaga agar diri sendiri aman dan tidak terkena sama sekali supaya orang-orang di sekitar tetap sehat walaupun sama-sama beraktivitas.

Bertolak ukur dari meningkatnya orang yang ikut terinfeksi corona membuat masyarakat di Tanah Air geram terhadap pemerintah. Padahak sejak awal kemunculan dari covid-19 sudah patuh terhadap imbauannya, namun jadinya malah semakin meningkat hingga bulan Oktober 291 ribu pasien terinfeksi, serta garda terdepan diyakini pasrah.

Kebijakan terbaru telah diambil oleh pemerintah pusat dimana pemakaian masker SNI atau biasa disebut juga standar nasional indonesia wajib dipakai masyarakat. Padahal seperti yang dibilang oleh dr. Tirta selaku dokter sekaligus influencer menganggap keadaan di lapangan sudah banyak orang putus asa lebih memilih menentang protokol.

Bukan tanpa alasan, bayangkan saja jika menjadi rakyat yang sudah tidak memiliki apa-apa dan harus mencari nafkah apapun pekerjaan di era pandemi sekarang cukup sulit. Hanya untuk menghidupi diri sendiri serta keluar saja belum tentu cukup apalagi jika harus membeli masker SNI sesuai perintah atasan.

Memang benar jika masker kain tidak dapat membantu 100% mencegah virus tersebut masuk ke dalam mulut, alangkah baiknya anggaran masker berstatus SNI tersebut digunakan untuk menghidupi masyarakat. Apabila disuruh membeli masker berlogo SNI, tentunya biaya sehari-hari akan membengkak sangat besar, jadi apakah ini salah rakyat?

Keraguan Terhadap Alat Rapid Test Diperdebatkan

Pada ulasan media kompas, menyebutkan bahwa alat rapid test ternyata sama sekali tidak akurat jika digunakan untuk mendeteksi adanya virus di dalam tubuh manusia. Hal ini tentu menjadi perdebatan hebat bagi kalangan lapisan masyarakat, padahal rapid test sudah digunakan untuk mengetahui orang jika terinfeksi virus.

Nyatanya alat itu tak mampu mendeteksi adanya corona, hanya bisa menyimpulkan bahwa orang tersebut terkena dari orang lainnya ketika sedang sama-sama beraktivitas di satu tempat. Harusnya ini satu hal harus digagas pemerintah khususnya bagi pusat, agar tidak semakin luas isu tersebut menyebar di berbagai kalangan.

Sebabnya, alat paling manjur hingga saat ini masih swab test, namun biaya masuk dalam kategori sangat mahal bagi orang kurang mampu. Anehnya lagi disini pemerintah menanggung seluruh biaya orang ketika benar-benar terjangkit setelah melakukan swab test, namun jika non reaktif akan dikenakan biaya cukup mahal.

Dulu pertama kali alat untuk rapid test dipesan, harganya juga sangat tinggi berkisar di angka ratusan ribu rupiah namun semakin kesini jika dipahami dengan baik ternyata turun drastis. Jika membuka toko online seperti tokopedia maupun shopee pasti sudah dibawah seratus ribu, ini menjadi pertanyaan besar.

Sangat menarik jika hal tersebut dianalisa lebih lanjut, secara logika harusnya alat yang digunakan untuk mengetes apakah orang terjangkit atau tidak harusnya dibiayai oleh pemerintah. Walaupun perekonomian negara masih terombang-ambing di bawah, pihak kementerian harus memutar otak agar menemukan jalan keluarnya sehingga menguntungkan kedua pihak.

Hanya Fokus Mencanangkan 3M Saja

Berikutnya tindakan kurang tepat dari pejabat tinggi adalah hanya mencanangkan atau menggemborkan gerakan 3M mencuci, menjaga jarak, memakai masker saja. Padahal tidak sepenuhnya dapat mencegah arus covid-19, menurut dr. Tirta yang sudah paham terhadap dunia kesehatan seharusnya mewajibkan masyarakat menjaga pola makan banyak nutrisi.

Mengingat keberadaan dari nutrisi berfungsi penting bisa mencegah perkembangan virus apabila tubuh kita terkena, dan secara otomatis imun tubuh semakin meningkat. Peningkatan imun di dalam tubuh dapat memelihara badan agar selalu terhindar dari segala jenis penyakit, bukan hanya corona saja dengan cara membiasakan makan sehat.

Yang diharapkan dari dr. Tirta terkenal juga sebagai pengusaha, dengan mengonsumsi makanan banyak nutrisi tentu tubuh semakin kuat. Daya tahan tubuh dalam menjaga diri dari penyakit maupun virus membuat kesehatan 100% dijamin aman. Selain itu, berolahraga juga penting agar daya tahan tubuh meningkat dengan sendirinya.

Perlu disadari, olahraga tidak harus berada di luar rumah lho. Ada banyak macam berolahraga di dalam rumah dari yang ringan-ringan saja, tanpa harus membawa beban berlebihan. Kami sarankan anda untuk berolahraga setiap hari secara teratur supaya badan selalu berada dalam keadaan fit tanpa kekurangan apapun.

Terjadi Banyak PHK dan PSBB Berlanjut

Jika masyarakat cenderung menjadi biang keladi terhadap meningkatnya kasus terjangkitnya corona, kenapa baru sekarang pemerintah mengubah kebijakannya seperti pemakaian masker SNI? Bukan hanya itu, alat rapid test dinilai sudah tidak efektif jika digunakan untuk mengetes pasien positif ataupun tidak, mengapa masih digunakan hingga saat ini?

Tentunya masih menjadi perbincangan hangat di awal bulan Oktober, dimana Indonesia satu-satunya dari sebagian negara di dunia yang masih keteteran menghadapi virus tersebut. Adanya perbedaan kebijakan dari pemerintah pusat, provinsi, serta daerah sudah terbukti dari awal kemunculan covid-19 tentu semakin membuat bingung seluruh lapisan rakyat.

Dengan peningkatan cukup signifikan yaitu kurang lebih 3000 orang sehari membuat kita patut waspada, PHK terjadi di banyak perusahaan besar. Bahkan PSBB di Jakarta tetap dilanjutkan guna menanggulangi dampak dari virus ini agar tidak semakin meningkatkan pasien positif, sebagai rakyat harus tetap mematuhi protokol kesehatan.

Jangan sampai sekali-sekali menyepelekan tentang keberadaan covid-19, bagi pihak tertentu yang memanfaatkan situasi sulit ini untuk berbisnis semoga akan mendapatkan pembalasan kelak. Mari sama-sama membantu pemerintah dan merangkul seluruh lapisan masyarakat agar pandemi covid-19 di Indonesia segera berakhir agar rakyat mampu menjalankan kegiatan seperti biasanya.