Meski belum begitu luas namun Covid 19 varian delta sudah masuk dan mulai menyebar di berbagai daerah di Indonesia. Dibandingkan dengan varian lain, varian terbaru ini dianggap lebih berbahaya karena lebih mematikan untuk manusia.
Varian ini diketahui pertama muncul di India saat terjadi tsunami kasus Covid di negara tersebut. Meski varian delta bukan satu-satunya yang perlu diwaspadai namun varian ini lebih mudah menyebar sehingga berisiko menyebabkan penyakit baru di berbagai belahan dunia.
Seperti apa Covid 19 varian Delta itu?
Sebenarnya munculnya Covid varian baru sudah diprediksi sebelumnya. Setelah muncul varian Alfa di Afrika Selatan serta varian Beta di Inggris kini muncul varian baru yang diklaim 60% lebih menular dibandingkan dengan varian biasa.
Munculnya varian baru sebenarnya adalah hal yang wajar mengingat virus akan terus bermutasi. Sama seperti varian virus lainnya. Bahkan, mutasi dalam skala kecil saja bisa membuat cara kerja virus menjadi berbeda.
Karena masih baru maka belum ada banyak data dan penelitian tentang varian Delta ini. Oleh sebab itu, sangat sulit untuk mengukur seberapa besar bahaya serta dampak yang ditimbulkan bila varian ini menyebar secara luas ke seluruh dunia.
Fakta-fakta Covid 19 Varian Delta yang Wajib Diketahui
Sejauh ini virus Covid varian Delta dikabarkan sudah masuk ke berbagai negara termasuk di Indonesia. Meski belum parah namun penyebarannya patut diwaspadai mengiat sekarang fasilitas kesehatan banyak yang penuh.
Meski sekilas gejalanya mirip dengan Covid biasa namun varian Delta ini diklaim lebih menular dan berbahaya bagi manusia. Hal ini dikarenakan varian ini dikabarkan cukup kuat. Berikut adalah fakta-fakta tentang Covid varian Delta.
1. Menular 3 kali lebih cepat
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, varian Delta dianggap lebih berbahaya karena mudah sekali menyebar. Menurut beberapa penelitian ahli, varian ini 3 kali lebih cepat menyebar dibandingkan dengan varian biasa.
Hal inilah yang menyebabkannya patut diwaspadai. Bukan tidak mungkin varian ini bisa menyebabkan wabah baru akibat laju penularanya yang lebih cepat.
2. Berisiko masuk rumah sakit
Selain lebih cepat menular varian Delta juga dicurigai lebih ganas dari varian Covid awal. Hal ini dikarenakan di India yang menjadi lokasi pertama varian ini muncul banyak pasien penderita Covid varian Delta yang dirawat di rumah sakit.
Risiko rawat inap pasien varian Delta juga 2,6 kali lipat lebih tinggi. Bahkan, bagi orang-orang yang memiliki riwayat penyakit berat risiko rawat inap mereka akan meningkat hingga membutuhkan ventilator. Hal ini berarti akan mengurangi kesempatan pasien untuk sembuh.
3. Bisa dideteksi lewat PCR
Beberapa waktu lalu terdapat kabar yang menyebutkan jika virus Covid 19 varian Delta tidak bisa dideteksi melalui tes PCR. Padahal, menurut tenaga kesehatan di tanah air hal tersebut sama sekali tidak benar. Varian Delta masih bisa dideteksi menggunakan uji swab PCR.
Oleh sebab itu, ketika ada yang merasa memiliki gejala terpapar Covid atau berinteraksi secara langsung dengan orang yang terinfeksi sangat dianjurkan untuk melakukan tes swab PCR. Tes PCR merupakan gold standar yang berlaku di seluruh dunia sehingga hasilnya diakui di banyak negara.
4. Gejalanya berbeda
Sejauh ini belum banyak penelitian resmi yang berkaitan dengan gejala berbeda pada pasien penderita varian Delta. Gejala ynag baru terbukti seprti yang disampaikan oleh meridia adalh sakit tenggorokan, sakit kepala ,dan terakhir pilek.
Meski begitu, menurut laporan media-media luar negeri, di negara asal munculnya varian delta yaitu India dilaporkan jika berapa pasien mengalami gangguan pendengaran, pembekuan darah serta kematian jaringan alias gangrene.
5. Risiko tertular kembali
Menurut beberapa penelitian, varian Delta bisa menurunkan kemampuan antibodi dalam tubuh manusia. Secara alami setelah terpapar Covid maka tubuh akan memproduksi antibodi yang akan melindungi dari Covid 19 selama beberapa saat.
Namun, pada kasus varian Delta ini kemampuan antibodi tersebut akan berkurang sehingga orang yang sudah pernah terkena Covid varian Delta bisa terinfeksi lagi alias reinfeksi.
6. Menurunkan efikasi vaksin
Efikasi vaksin merupakan ukuran kemampuan suatu vaksin dalam menangkal penyakit. Dibandingkan dengan varian Alfa dan Beta, varian Delta ini terbukti bisa menurunkan efikasi beberapa vaksin Covid 19.
Bahkan vaskin seperti Pfizer dan Astrazeneca yang digadang-gadang mampu menangkap varian Delta juga bisa turun efikasinya. Oleh sebab itu, menurut WHO penerima vaksin harus menerima 2 kali dosis vaksin agar kekebalan tubuhnya terjaga.
Bagaimana dengan Covid 19 Delta plus?
Varian Delta plus merupakan varian terbaru yang juga pertama kali dideteksi di India. Sama seperti sebelumnya, varian ini dikhawatirkan akan lebih berbahaya karena lebih cepat menular, lebih merusak paru-paru serta memengaruhi kinerja antibodi.
Meski bernama Delta plus namun banyak peneliti yang berpendapat jika varian ini mirip dengan varian Delta yang sebelumnya. Secara teknis varian Delta plus sebenarnya adalah virus Covid varian Delta yang sudah mengalami mutasi tambahan.
Hal tersebut memang membawa perubahan besar sehingga sampai sekarang varian Delta plus masih terus diselidiki. Perawatan yang disarankan untuk varian ini juga belum banyak diketahui karena masih sangat baru sehingga belum banyak penelitian yang dilakukan.
Meski begitu, masyarakat harus tetap ingat untuk selalu mematuhi protokol kesehatan dan melakukan vaksinasi. Kedua hal tersebut sangat penting untuk mengurangi tingkat penularan apapun jenis dan varian virusnya.
Menurut penelitian, orang yang sudah di vaksin akan memiliki gejala yang jauh lebih ringan ketika terpapar Covid 19. Bahkan, khusus untuk varian Delta plus ini berapa jenis vaksin seperti Pfizer dan Astrazeneca terbukti ampuh untuk mengurangi risiko perawatan di rumah sakit.