Sudah hampir 2 tahun berlalu, pandemi Covid 19 belum juga menunjukkan tanda-tanda penurunan. Kasus positif yang selalu naik-turun di sejumlah daerah masih sering terjadi dalam beberapa bulan ini. Hal ini semakin menegaskan bahwa kita harus tetap menjalankan protokol kesehatan di manapun berada.
Meski sudah menjalankan prokes dengan sangat ketat, kemungkinan terpapar oleh virus corona masih tetap bisa terjadi. Jika harus mengalaminya, melakukan isolasi mandiri masih bisa dilakukan. Lantas, bagaimana jika terdapat gejala hingga mengalami perburukan? Artikel ini akan mengulasnya lebih dalam.
5 Tanda Covid 19 Mengalami Perburukan
Pasien covid yang mengalami gejala ringan atau bahkan tanpa gejala sekalipun bisa menjalani isolasi mandiri di rumah. Akan tetapi, kondisi bisa berubah jika pada masa isolasi tersebut terjadi perburukan sehingga harus segera mendapatkan penanganan serius. Apa saja tanda-tandanya? Simak ulasan berikut!
1. Mengalami Sesak Napas
Gejala pertama yang dirasakan pada kondisi perburukan pasien covid adalah adanya sesak napas atau napas pendek. Hal ini ditandai dengan frekuensi napas yang mencapai lebih dari 24 kali dalam satu menit. Jika hal itu terjadi, pasien sudah tidak disarankan lagi untuk isolasi mandiri di rumah.
Pasien yang bersangkutan harus segera di bawa ke rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan. Oleh karena itu, selalu lakukan perhitungan frekuensi napas jika tiba-tiba mengalami napas pendek atau sesak. Pastikan frekuensi napas masih di bawah 24 kali per menit.
Hal itu disampaikan oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam di RSUP Persahabatan, Hayatun Nufus, pada sebuah webinar, dilansir dari laman CNN Indonesia, Kamis (15/7/2021).
“Kalau frekuensi napas sudah lebih dari 24 kali per menit, itu sudah jadi alarm bahwa pasien gak bisa lagi isolasi mandiri dan harus dibawa ke RS”
2. Saturasi Oksigen di Bawah 93 Persen
Tanda-tanda perburukan pada pasien covid 19 juga bisa dilihat dari kondisi saturasi oksigen yang hanya berada di kisaran 93 persen atau di bawahnya.
Dokter Spesialis Paru RSUP Persahabatan, Heidy Agustin, memberikan pernyataan bahwa seorang anak ataupun mereka yang sudah dewasa apabila mengalami kondisi saturasi oksigen yang hanya 93 persen atau di bawahnya harus segera menuju ke fasilitas kesehatan terdekat, CNN Indonesia, Kamis (15/7/2021).
Dari beberapa sumber lainnya juga disebutkan bahwa saturasi oksigen yang rendah tetapi pasien tidak mengalami sesak napas atau penurunan kesehatan berarti, kemungkinan besar pasien tersebut mengalami kondisi happy hypoxia.
Happy hypoxia sendiri bisa terjadi tanpa adanya gejala namun bisa tiba-tiba memburuk dengan cepat (akut) atau mengalami perburukan secara perlahan (kronis). Gejala yang umum terjadi pada kondisi ini antara lain:
- Tubuh menjadi lemas.
- Kulit pucat.
- Bibir dan kuku berwarna kebiruan (sianosis).
- Jantung berdebar cepat atau melambat.
- Sesak napas.
- Pusing.
- Sering batuk.
3. Mengalami Perburukan
Perburukan di sini bisa ditandai dengan kondisi demam tinggi biasanya di atas 38 derajat celcius yang tidak kunjung turun bahkan setelah diberikan paracetamol. Biasanya, demam akan berangsur turun selama 1 -2 hari setelah diberi obat-obatan penurun panas.
Jika demam masih terus terjadi bahkan sampai lebih dari 3 hari, maka perlu penanganan lebih lanjut. Segera hubungi Puskesmas atau pihak rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih. Perburukan juga bisa ditandai dengan munculnya diare secara tiba-tiba disertai muntah yang tidak diawali tanda-tanda.
Kondisi tersebut juga harus dilaporkan pada pihak tenaga kesehatan setempat untuk dilakukan pengecekan lebih lanjut serta menentukan penanganan yang tepat ke depannya. Diare disertai muntah yang berlangsung lama bisa menyebabkan dehidrasi parah yang mengancam tubuh pasien.
4. Disorientasi Waktu
Selanjutnya, pasien covid juga perlu waspada jika saat menjalani isolasi mandiri tiba-tiba mengalami disorientasi waktu. Kondisi ini ditandai dengan perasaan linglung, tidak bisa membedakan siang dan malam, hingga bisa berujung pada hilangnya kesadaran.
Pada pasien yang mengalami gejala ringan seperti flu, batuk, radang atau gejala-gejala ringan lainnya, aktivitas-aktivitas normal masih bisa dilakukan. Pasien juga masih bisa menyadari waktu sehingga akan melakukan hal-hal yang menjadi kebiasaannya.
Pada pasien yang mengalami disorientasi waktu, biasanya akan menjalani aktivitas yang tidak biasa seperti tidur di pagi hari, mandi saat larut malam, atau hal-hal lain di luar kebiasaan yang tanpa disadarinya. Jika hal itu terjadi, konsultasikan ke pihak tenaga medis untuk mendapatkan saran penanganan.
5. Hilangnya Kesadaran
Kondisi pasien bisa semakin memburuk jika tidak ada penanganan dari tanda-tanda perburukan yang mungkin terjadi sebelumnya. Banyak kasus covid yang tidak tertolong akibat terlambatnya penanganan pada masa-masa perburukan yang berlangsung begitu cepat.
Terlebih lagi pada kondisi rumah sakit yang terlalu penuh sehingga pasien tidak segera mendapatkan penanganan sekalipun sudah hilang kesadaran.
Dengan mengetahui beberapa gejala yang ditimbulkan pada kasus covid 19 pada pasien, baik itu gejala ringan maupun gejala perburukan, tentu kita akan semakin tahu dalam menentukan langkah-langkah ke depannya. Dengan kasus covid yang masih terus terjadi, informasi seperti ini penting untuk diketahui.