Peralihan nama Facebook menjadi Meta, memang terhitung belum lama dilakukan. Pergantian nama ini awalnya ditujukan agar Facebook turut masuk lebih jauh dalam dunia metaverse. Namun kenyataannya justru saat ini induk Facebook Meta tengah mengalami permasalahan.
Banyaknya aplikasi baru yang bermunculan ternyata membuat pengguna Facebook jadi berkurang. Tak ayal hal ini membuat saham Facebook anjlok hingga sampai di angka 26%. Mengapa bisa demikian? Tentu hal ini dilatar belakangi oleh beberapa alasan.
Alasan Induk Facebook Meta Dalam Masalah
Seperti yang diketahui, Facebook bukan satu-satunya media sosial yang digunakan oleh user saat ini. Facebook sendiri terhubung dengan beberapa aplikasi lain dalam penggunaannya. Meski begitu, baru-baru ini Facebook mengalami beberapa masalah kerugian akibat beberapa hal.
Kerugian ini tentu bukan hal yang baik-baik saja. Jika dibiarkan tanpa tindakan, bahkan Facebook nantinya bisa mengalami kondisi gulung tikar. Berikut ini beberapa alasan mengapa Induk Facebook Meta sampai ada dalam masalah kerugian besar:
1. Munculnya Aturan Privasi Terbaru Apple
Tak hanya Facebook, Apple juga menjadi perusahaan besar yang kerap kali membuat fitur-fitur baru dan dihubungkan ke berbagai aplikasi online saat ini. Beberapa waktu lalu, perusahaan Apple mengeluarkan sebuah aturan privasi terbarunya.
Aturan privasi terbarunya ini dikenal dengan nama App Tracking Tranparency atau disingkat dengan aturan ATT. Adanya aturan privacy terbaru yang dikeluarkan Apple ini, ternyata memungkinkan pengguna iPhone untuk melakukan pemantauan aktivitas online.
Tentu saja pemantauan aktivitas online ini akan ditujukan untuk beberapa aplikasi online yang dimiliki pengguna. Salah satu aplikasi online yang bisa dipantau adakah Facebook. Hal tersebut ternyata membawa dampak kerugian Facebook terhadap iklan target perusahaan.
Sebenarnya perusahaan juga sudah komplain dan memberikan kritik pada kebijakan aturan tersebut. Permasalahan semakin mengkhawatirkan saat Meta mulai melakukan prediksi kerugian yang bisa mencapai 10 miliar dollar US atau setara dengan 143,8 triliun rupiah.
2. Persaingan Tiktok Dengan Reels
Sejak awal kemunculan Tiktok, Mark Zuckerberg selaku CEO Facebook telah menyatakan bahwa Tiktok bisa menjadi ancaman atau pesaing yang tangguh. Hal ini semakin diperkuat dengan adanya fakta bahwa pengguna Tiktok sudah mencapai milyaran.
Tak ayal penggunaan Tiktok ini ternyata sangat mengancam keberadaan Instagram yang juga merupakan kepunyaan induk Facebook Meta. Dengan memutar otak, akhirnya beberapa waktu lalu Meta melakukan kloning Tiktok menjadi sebuah fitur yang bernama Reels.
Seperti yang Anda tahu saat ini ada fitur Reels dalam Instagram. Zuckerberg awalnya berfikir bahwa fitur tersebut bisa menjadi pendorong kuat yang terlibat dalam seluruh aplikasi. Namun ternyata hal ini justru menambah permasalahan bagi perusahaan.
Pasalnya fitur Reels ini ternyata tidak bisa secara efektif menghasilkan banyak benefit layaknya Story dan Feed yang sebelumnya sudah ada dalam Instagram. Meskipun bisa menghasilkan benefit, namun cara kerjanya sangat lambat, bahkan lebih lambat dari iklan video.
Orang cenderung melewati video Reels untuk ditonton. Hal inilah yang menjadi sebab tidak efektifnya kemunculan fitur baru tersebut. Bahkan dikatakan bahwa semakin banyak orang menggunakan Reels, maka semakin sedikit pula benefit yang dihasilkan, alias merugi.
3. Pengguna Facebook Menurun Drastis
Baik Instagram, WhatsApp Mesengger, maupun Facebook, ketiganya adalah kepunyaan induk Meta. Namun hanya Facebook yang mengalami penurunan pengguna secara drastis. Dalam kuartal keempat dari sebelumnya, Facebook bahkan sudah kehilangan 0,5 juta pengguna.
Tentu angka ini bukan angka yang kecil, apalagi ada yang namanya pertumbuhan pengguna. Aplikasi lain mungkin bisa mengalami pertumbuhan pengguna. Namun dari waktu ke waktu Facebook bisa saja mengalami penurunan berkepanjangan.
Penurunan pengguna Facebook kali ini bahkan dikatakan sebagai salah satu catatan sejarah selama 18 tahun lamanya dan baru kali ini mengalami penurunan drastis. Inilah yang menjadi sah satu sebab penurunan penghasilan Facebook.
Aplikasi lain seperti Instagram dan WhatsApp Mesengger masih bisa menghasilkan penghasilan tipis berdasarkan pengguna dua aplikasi ini. Hal ini juga dipengaruhi oleh pengalihan pengguna aplikasi lain seperti aplikasi Titok yang lebih banyak diakses.
4. Google Ambil Alih Pangsa Iklan Online
Permasalahan selanjutnya adalah pada pangsa iklan online yang mulai diambil alih oleh Google. Hal ini ternyata masih ada kaitannya dengan aturan privacy terbaru yang dikeluarkan oleh Apple, seperti yang dijelaskan sebelumnya.
Aturan terbaru Apple tersebut ternyata secara tak langsung mengalihkan anggaran iklan yang semula diberikan pada Facebook, ke platform lain yang tak lain adakah Google. Rekor keuntungan terbesar Google diperoleh dari adanya pencarian iklan e-commerce.
Google yang banyak diuntungkan ini juga salah satunya karena ia tidak bergantung pada Apple terkait data pengguna. Kerugian Facebook dan keuntungan pihak Google ini lantas diperkuat dengan pernyataan David Wehner yang merupakan kepala keuangan Meta.
Pernyataan David Wehner ini tak lain mengatakan bahwa ada prediksi perusahaan Google yang punya data pihak ketiga.
Data pihak ketiganya pun dinilai jauh lebih banyak dibandingkan platform iklan milik Meta. Sehingga hal ini dapat dipastikan memperbaiki kualitas pengukuran dan pengoptimalan pihak Google.
5. Adanya Regulasi Antimonopoli
Beberapa waktu lalu Mark Zuckerberg menyatakan bahwa ia membantah hal terkait monopoli dan mengatakan belum adanya tingkat persaingan dengan perusahaan lain seperti Tiktok, Google, dan Apple.
Pernyataan Zuckerberg ini berkaitan dengan sistem Meta yang menindaklanjuti cara anti monopoli. Dalam hal ini, induk Facebook Meta harus menghadapi penyelidikan yang tidak hanya dari satu pihak namun dari beberapa pihak lain juga.
Tim penyelidik yang terlibat adalah seperti Federal Trade Comission AS dan juga Jaksa Agung dari beberapa negara bagian. Dalam kasus penyelidikan ini, anggota parlemen berusaha agar kongres segera meloloskan RUU antimonopoli.
6. Metaverse
CEO Mark Zuckerberg sudah pernah menyatakan bahwa ia percaya teknologi Metaverse generasi Internet berikutnya yang membawa banyak keuntungan. Hal ini membuat fokus Meta hingga saat ini ada di tangan Metaverse.
Untuk mengupayakan keuntungannya di tangan Metaverse tersebut, perusahaan Facebook tercatat telah mengeluarkan banyak modal. Besarnya pengeluaran perusahaan Facebook inipun tidak bisa dianggap sepele.
Pasalnya ada lebih dari 10 miliar dollar US yang sudah dikeluarkan tahun lalu. Hal ini tak lantas membuat CEO Zuckerberg merasa ingin mundur. Ia bahkan sempat berfikir akan mengeluarkan lebih banyak lagi uang perusahaan demi Metaverse di masa mendatang.
Pencapaian Metaverse yang mungkin masih terlihat tipis inilah yang dimaksudkan menjadi salah satu permasalahan kerugian perusahaan Facebook. Bagaimana tidak, sudah banyak sekali uang yang dikeluarkan perusahaan untuk keuntungan Metaverse ini.
Perusahaan Facebook memang dulunya dianggap sebagai perusahaan terkaya di dunia. Namun semakin kesini banyak sekali permasalahan yang dihadapinya, hingga membuat perusahaan ini sempat anjlok.
Meski begitu, sang CEO tentu tidak hanya berdiam diri saja. Entah taktik apalagi yang kedepannya akan dibuat olehnya demi menaikkan lagi kejayaan Facebook. Induk Facebook Meta yang ada dalam masalah seperti yang disebutkan di atas, bisa menjadi wawasan baru untuk Anda.