Sepakbola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Namun kepopuleran tersebut berbanding terbalik dengan prestasi timnas sepakbola Indonesia di kancah Internasional. Bahkan untuk skala Asia saja masih sulit bersaing.
Padahal sepakbola adalah olahraga rakyat yang hampir semua kalangan masyarakat Indonesia suka. Prestasi terbaik timnas Indonesia adalah menjadi finalis Piala Dunia 1938, itupun belum merdeka dan masi menggunakan nama Hindia Belanda. Lalu apa penyebab Indonesia kesulitan berkembang?
1. Kurangnya Pembinaan Usia Dini
Untuk mendapatkan generasi masa depan sepakbola yang bagus, pembinaan dari usia dini sangatlah penting. Anak-anak biasanya belajar bermain bola sejak usia lima tahun, seperti yang telah dilakukan di Spanyol dan Eropa pada umumnya selama bertahun-tahun.
Tetapi hanya hal-hal dasar seperti cara menendang bola yang diajarkan. Tidak seperti di Spanyol, anak-anak Indonesia belajar sepak bola pada usia 10 tahun lebih dan bergabung dengan klub sekitar usia 15 tahun. Bahkan, jika kita bisa mengikuti jejak Negara Eropa, sepak bola di negara ini akan lebih baik.
2. Kualitas Kompetisi Domestik yang Buruk
Memang sepakbola Indonesia memiliki turnamen liga nasional seperti halnya negara-negara lain yang mempunyai kompetisi sepakbola. Namun, kewajiban utama PSSI dan penyelenggara liga adalah memperhatikan standar kompetisi yang diberlakukan sepanjang musim.
Tentu saja jika melihat penyelenggaraan kompetisi liga Indonesi beberapa musim sebelumnya. Level turnamen nasional Indonesia sama sekali jauh dibawah standar negara-negara dengan dengan sepakbola yang bagus.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar Klub bisa mengikuti kompetisi dengan kualitas yang bagus. Misalnya, Klub harus memiliki stadion standar FIFA dan status klub yang berpartisipasi dalam kompetisi juga harus dilisensikan ke AFC atau FIFA.
Selain itu, ada beberapa standar kompetisi yang masih kurang dan perlu ditingkatkan oleh pihak penyelenggara. Yakni seperti penambahan slot pemain asing 5-7, yang awalnya hanya 4 pemain asing. Hal in berdasarkan standar kompetisi Eropa seperti Premier League, LaLiga dan Serie A.
3. Kurangnya Pelatih Lokal Berkualitas
Mengenai kualitas pelatih lokal, saat ini hanya sedikit orang Indonesia yang memiliki lisensi A. Hal ini tentunya berdampak pada perkembangan sepakbola Indonesia, karena untuk membentuk tim yang hebat tentu dibutuhkan pelatih yang hebat.
Untuk itu, PSSI sebagai induk sepakbola nasional harus lebih sering menyelenggarakan kursus kepelatihan. Baik kepelatian standar AFC atau FIFA.
Program ini diharapkan dapat menghasilkan lebih banyak pelatih lokal yang dapat membawa tim nasional sepak bola ke turnamen yang lebih tinggi.
4. Pengelolan Klub yang Buruk
Sangat tidak adil membandingkan Real Madrid dan Barcelona dengan klub-klub nasional. Tapi setidaknya ada pelajaran yang bisa diambil. Ya, dua klub yang disebutkan diatas kelola dengan sangat baik.
Dikelola dengan baik dalam segala hal, mulai dari sistem, manajemen, hingga fasilitas. Profesionalisme klub mempengaruhi para pemain. Secara tidak langsung, mereka menimbulkan semangat untuk perbaikan lebih lanjut.
Tapi kenyataannya justru sebaliknya, banyak klub lokal yang pengelolaanya sangat buruk. Gaji sering terlambat dan fasilitas klub kurang layak menjadi beberapa contoh buruknya managament klub. Hal ini juga akan berdampak kepda kualitas para pemain.
5. Target Sepakbola Indonesia ke Depan yang Tidak Jelas
Pemerintah Indonesia dalam hal ini adalah PSSI belum memiliki visi dan misi yang jelas untuk masa depan tim sepakbola nasional. Tidak seperti Cina. Meskipun penggemar sepakbola China tidak sebesar Indonesia.
Tetapi pemerintahnya telah menetapkan tujuan yang jelas untuk menjadi negara adidaya sepakbola pada tahun 2050 dalam beberapa tahun ke depan.
Tentu saja, jika para pengurus PSSI bisa tujuan jelas jangka panjang, bukan tidak mungkin Indonesia bisa meningkat kualitas sepakbola di masa mendatang. Melihat ke masa depan itu penting dan Anda perlu menyeimbangkan langkah-langkah untuk mewujudkan impian itu.
6. Mindset Lemah
Ada satu faktor yang sering dibicarakan oleh para penggemar bahkan kritikus sepakbola. Yakni, cara berpikir atau midset para pemain bola Indonesia menentukan kariernya.
Misalnya, banyak dari mereka yang tidak memiliki pola pikir seorang atlet sudah merasa puas memiliki banyak penggemar dan merasa cukup ketika mereka memiliki gaji dengan standar klub lokal. Artinya mereka memilih tetap berada di zona nyaman.
Misalnya, banyak dari mereka yang tidak memiliki pola pikir seorang atlet sudah merasa puas memiliki banyak penggemar dan merasa cukup ketika mereka memiliki gaji dengan standar klub lokal. Artinya mereka memilih tetap berada di zona nyaman bermain liga lokal daripada bermain di luar negeri.
Padahal ketika berkarir di negera-negara kiblat sepakbola dunia seperti Inggris, Jerman, Italia dan Negara Eropa lainnya. Mereka akan mendapatkan keuntungan dari fasilitas standar internasional, pengetahuan sepakbola dari ahlinya dan pengalaman yang tak terlupakan dan berharga.
Namun hasil pertandingan sepakbola Indonesia akhir-akhir yang banyak menelan kekalahan dari negara-negara selevel yang membuktikan betapa lemahnya semangat bermain para pemain timnas.
7. Minimnya Sekolah Sepakbola di Berbagai Daerah
Sekolah sepakbola yang bagus sebenarnya sudah ada di Indonesia, tetapi lokasi mereka hanya berada di Jakarta atau kota besar laianyya.
Sementara itu, masih banyak anak-anak di daerah lain yang ingin mengasah kemampuannya di bidang ini melalui sekolah sepakbola namun terkendala oleh biaya dan jarak.
Akan lebih baik lagi jika ada sekolah sepakbola di daearah lain seperti Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera. Sekolah-sekolah ini harus bisa menjangkau anak-anak lokal yang tersebar di seluruh Indonesia.
8. Fasilitas Sepakbola Kurang Memadai
Perlu kita akui bahwa fasilitas sepakbola di Indonesia memang sangat kurang dibandingkan negara Asia lainna seperti Jepang, Korea, dan China. Fasilitas yang dimaksut seperti tempat latihan adalah salah satu aspek terpenting bagi semua pemain sepakbola.
Namun sayangnya di Indonesia, standar training ground untuk kualitas dan FIFA masih sangat minim. Hal ini menjadi salah satu faktor yang menghambat sepakbola Indonesia untuk sukses di kancah internasional.
Melihat ke negara-negara sepakbola maju seperti Inggris, Jerman dan Italia, Anda dapat melihat berapa banyak tempat latihan dan lapangan latihan yang memiliki standar FIFA. Berkat fasiltas itu, kita bisa lihat banyak pemain yang bagus dan berbakat terlahir disana.
9. Sering Dianggap Bukan Profesi yang Menjanjikan
Melihat kondisi persepakbolaan Indonesia yang kurang tertata, tidak heran jika banyak orang tua yang tidak setuju dengan anaknya yang memilih sepakbola sebagai karir masa depannya. Salah satu yang paling terjadi adalah keterlambatan pembayaran gaji.
Menurut laporan International Professional Soccer Players Association (FIFPro) yang dilansir Goal.com, sekitar 82% pemain mengatakan mereka terlambat menerima upah, dan hampir sepertiganya mengalami penundaan gaji tiga hingga enam bulan.
Selain itu, banyak orang tua yang menganggap sepak bola Indonesia adalah hobi dan belum menjadi industri. Sehingga banyak orang tua yang tiak setuju anaknya menjadi pemain sepakbola profesional.
Sepakbola Indonesia memang hingga saat ini masih minim prestasi dan belum bisa banyak bicara di kancah Internasional. Namun, jika mulai saat ini pengelolaan sepakbola nasional digarap lebih serius dengan melibatkan semua aspek, bukan tidak mungkin kedepannya akan meningkat prestasinya.